Monday, February 6, 2012

Kenapa Mesti Ada Prasangka

Segala Puji bagi Allah Ta’ala, selawat dan salam semoga sentiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir.

Pepagi ni yang sejahtera ini, Maklang menginsafi diri Maklang sendiri.. betapa kita sangat berkewajiban menjaga hati sendiri. Hati kita milik Allah maka kepada-NYA juga kita serahkan hati kita agar kita sentiasa terpandu dalam usaha mencari arah Redha-NYA.

Sepatah kata bijak pandai "Kalau tak boleh nak jaga hati lebih baik Mati" bunyi macam kasar tapi hakikatnya begitulah, kerana bila sebut soalnya hati maka kita perlu berhati-hati dalam mengendalikan HATI.

Tajuk artikel ni rasanya sangat terkesan untuk diri Maklang sendiri.. dan tak salah rasanya untuk dikongsi-kongsikan kepada seluruh ahli BAKKAD sebagai info dan ilmu untuk mejadikan kita agar sentiasa berhati-hati dalam menjaga hati kita sendiri. Sesungguhnya hati tiap antara kita ni ALLAH jugalah yang pegang hati kita, maka angkatlah tanggan kepada-NYA mohonlah,. merayulah kita agar Allah campakkan hidayah-NYA kepada hati-hati kita agar kita lebih faham dalam 'MENDIDIK HATI' dan hidarilah kita dari prasangka yang merosakan silaturrohim. Kerana pransangka ini adalah lintasan hati yang mana orang lain tak nampak tapi ALLAH MAHA TAHU.

Mari kita sama-sama baca dan renungkannya…

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu mempergunjingkan sebagian yang lain….” (Al-Hujurat: 12)

Betapa damainya Dinul Islam. Sungguh, Islam diturunkan Allah untuk menebar damai dan kasih sayang. Kepada siapa pun. Termasuk bagi mereka yang belum bersedia memeluk sejuknya sentuhan Islam.

Seorang muslim sejati akan senantiasa mempunyai warna yang sama dengan warna Islam nan sejuk dan damai. Hatinya begitu damai. Lembut dan bersih. Tak ada keluh kesah. Tak ada marah, kecuali pada sesuatu yang dibenci Allah. Bahkan, tak secuil prasangka pun yang bisa hinggap. Semuanya terkikis habis dengan lantunan zikir.

Maha Benar Allah atas firmanNya dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.”

Damai dan tenteramnya hidup tanpa prasangka telah diperlihatkan di semua sisi kehidupan Baginda Rasulullah saw. Kepada siapa pun. Walaupun terhadap orang yang teramat baru menyatakan diri sebagai seorang muslim.

Beliau saw pernah marah dengan seorang sahabat. Pasalnya, pada sebuah pertempuran, sahabat ini membunuh anggota pasukan kafir yang tiba-tiba mengucapkan dua kalimat syahadat. Sahabat ini berkilah, “Orang kafir itu hanya bersiasat agar tidak dibunuh.” Dengan tenang, Rasulullah saw meluruskan ucapan sahabat tersebut, sudahkah Anda bedah tubuh orang itu dan mendapatkan kenyataan bahwa hatinya memang dusta?

Lahirnya prasangka dalam hati seorang hamba Allah sebenarnya memperlihatkan kelemahan hamba itu sendiri. Karena racun prasangka bisa merusak nalar seseorang sehingga tidak mampu berpikir objektif, apa adanya. Hati dan pikirannya selalu dibayang-bayangi curiga.

Ada beberapa hal yang menjadikan seseorang terjebak dalam kubangan prasangka. Pertama, lemahnya pendekatan diri kepada Allah. Jauhdekatnya seorang hamba Allah sangat berpengaruh pada kesuburan dan kesegaran hati sang hamba. Kesegaran itu kian menguatkan hamba Allah dalam mawas diri. Ia akan mencermati benalu-benalu hati yang mungkin tumbuh. Dan mencabutnya dengan penuh teliti.

Sebaliknya, jika menjauh dari Allah, hati hamba itu akan ditumbuhi karat. Dan bayang-bayang cermin hatinya pun menjadi keruh. Hati seperti ini tak lagi mampu memantulkan cahaya Allah yang telah bersinar ke seluruh alam. Sebaliknya, pantulan hati ini begitu redup. Suram. Bahkan, menakutkan.

Maha Suci Allah Yang telah mengajarkan hamba-hambaNya tentang penjagaan hati. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan supaya mereka jangan seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepada mereka kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadiid: 16)

Kedua, pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu kadang punya bekas yang begitu kuat. Ia bisa lahir dari rutinitas kehidupan masa kecil. Anak yang dibiasakan hidup tertutup akan cenderung tumbuh sebagai manusia dewasa yang egois. Dan anak yang dibiasakan hidup di bawah tekanan akan tumbuh sebagai manusia dewasa yang mudah putus asa. Begitu pun dengan prasangka. Anak yang hidup dalam bayang-bayang ketidakpercayaan orang tua akan tumbuh menjadi manusia curiga dan penuh prasangka.

Sedemikian kuatnya pengaruh orangtua, Rasulullah saw pernah mengatakan, “Tiap bayi lahir dalam keadaan suci. Orangtuanyalah yang akan membentuk sang bayi, apakah menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.”

Adakalanya, pengalaman besar yang tidak mengenakkan mampu melahirkan prasangka permanen. Seorang calon pegawai yang pernah ditipu jutaan rupiah akan menyisakan prasangka berkelanjutan. Atau, seseorang yang merasa dibodohi oleh pemimpin politiknya, akan menebar prasangka pada partai politik mana pun. Begitulah seterusnya.

Ketiga, pengaruh lingkungan. Lingkungan kerap menjadi guru kedua setelah sekolah. Tak jarang, terjadi tarik-menarik pada diri seseorang murid antara pengaruh pendidikan sekolah dengan perilaku lingkungan. Lingkungan membentuk seseorang menjadi sosok baru yang identik dengan lingkungannya.

Sering terjadi, sebuah lingkungan yang teramat jarang melakukan tegur sapa antara sesama anggota warganya, akan penuh curiga mencermati orang ramah nan penuh sapa. Sapaan ramah itu justru dibalas dengan curiga. “Jangan-jangan orang ini punya niat busuk,” begitu kira-kira reaksi masyarakat sekitar.

Semua itu, mungkin berawal dari pola pandang yang salah dengan dunia sekitar. Semua orang berperilaku buruk, kecuali telah terbukti menghasilkan kebaikan. Dan kesalahan ini akan sangat berakibat fatal jika diberlakukan kepada Yang Maha Pencipta, Pemberi rezeki, dan Penentu takdir. “dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah…” (Al-Fat-h: 6)

Prasangka terhadap Allah tidak tertutup kemungkinan terjadi pada seorang mukmin. Sebuah keputusan yang begitu bijaksana dari Yang Maha Bijaksana bisa disalahartikan. Kebodohan manusia kerap membuahkan prasangka kepada Yang Maha Bijaksana. Begitulah yang pernah terjadi di masa Rasulullah saw. Kenyataannya, ada sebagian mukmin yang enggan berperang. Mereka menilai bahwa keputusan itu kurang tepat. Karena perang identik dengan kekerasan. Surah Al-Anfal ayat 5 menggambar hal itu, “Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, dan sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman tidak menyukainya.”

Sungguh, kebodohan manusia kerap menjebak manusia pada prasangka, kepada sesama mukmin atau kepada Allah. Kebodohan seperti itu tak ubahnya seperti anak kecil yang buruk sangka pada obat. Karena si anak kecil hanya tahu kalau obat itu pahit.

Seorang mukmin sejati tak akan pernah lelah merawat hati. Ia senantiasa menyiram tanaman hati itu dengan air ruhani yang bermineral tinggi, menebar pupuk amal yang tak pernah henti. Dan, juga mencabut segala benalu prasangka dan dengki.

Seperti itulah seorang mukmin. Hatinya segar dalam zikir, seraya lidahnya memanjatkan doa, “…Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian (bersemi) dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman: Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/kenapa-mestu-ada-prasangka/

SuaraHati : Allah mengetahui tiap isi perut kita, hati kita.. bila terasa diri diawasi rasa berdosa tiap waktu.. Ya Allah Ampuni dosa-dosa ku.

No comments:

Post a Comment